Sabtu, 25 November 2017

Selamat Ulang Tahun

Kamu, adalah pandangan
yang tidak bisa disibakkan
begitu saja. Karena kaubukan
ilalang yang tumbuh menghalang.

Wajahmu yang teduh,
tatapanmu yang lembut
membuat ketidakrelaan untuk
meluruhkan segala keutuhanmu.

Lalu.
Ya, yang "lalu" biarlah jadi abu.
Biarlah jadi kekasih setia arang di tungku.
Tidak perlu susah payah melintasi lingkaran
masa lalu, tidak perlu
manjakan ego yang "keukeuh" dan kaku.

Lupakan!
Itu adalah suatu keharusan. Dari sekian
kelamnya kisah,
tidak perlu diselami
ke dalam kekelaman tersebut, itu hanya akan
membuat kaubuntu dan malu.
Itu hanya akan membuat kau luka,
dan luka, dan,
luka.

Jangan bersedih, jangan berkecil hati.
Hidup adalah pengharapan
yang harus diperjuangkan,
bukan mengelu-elukan kegalauan.
Hidup harus menghidupi penghidupan,
bukan menghidupi "kematian".

Tutuplah matamu!
Rentangkan tanganmu
selebar mungkin. Bukalah hatimu
seluas langit. Resapi dan rasakan,
hembusan napas yang kauhirup
adalah nikmat.
Bukalah matamu!
Maka lihatlah samudera menyejukkan,
itu pun adalah nikmat. Hatimu
yang sudah terbuka lapang,
perlahan akan merasakan
kedamaian. Percayalah...

Bersyukur. Ya, bersyukurlah!
Karena hari ini adalah harimu,
hari pengulangan
untuk kesekiankalinya. Hari dimana
pertama kali mengenal udara luar,
mengenal rasa hangat dan nyaman.

Selamat ulang tahun...
Berbahagialah!
Karena kebahagian adalah rasa syukur
yang tak terukur.



(Cacilah tulisan ini, maka saya akan tahu ini jenis puisi atau hanya tulisan tanpa seni.)
#MariMembacaAgarTidakButa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar